Selasa, 03 Januari 2017

TUGAS SBM FIRDA

Teknik-teknik Pembelajaran
a.  Pengertian model pembelajaran inquiry“Model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan” (Sanjaya, 2006:194).Menurut piaget (mulyasa, 2008:108) bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain. Dengan melihat kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inquiry adalah model  pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.Pembelajaran inquiry banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif, menurut aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal.
Teori belajar lain yang mendasari pembelajaran inquiry adalah teori belajar konstruktivistik. Menurut Piaget (Sanjaya,2006:194) pengetahuan itu dapat bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya. Skema itu secara terus menerus diperbarui dan diubah melalui proses asimilasi dan akomodasi. Di sisi lain (Kunandar, 2007:309) pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dengan demikian tugas guru adalah merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya, dan juga mendorong siswa untuk mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi.
b.   Karakteristik atau ciri-ciri model pembelajaran inquiryMenurut Muslich (2008), ada beberapa hal yang menjadi karakteristik atau ciri-ciri utama pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:1) Pembelajaran inquiry menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pembelajaran inquirymenempatkan siswa sebagai subjek belajar.2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk    mencari dan menemukan sendiri sesuatu yang dipertanyakan sehingga dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).3) Membuka intelegensi siswa dan mengembangkan daya kreativitas siswa.4) Memberikan kebebasan pada siswa untuk berinisiatif dan bertindak.5) Mendorong siswa untuk berfikir intensif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.6) Proses interaksi belajar mengajar mengarahkan pada perubahan dari teacher centered kepada student centered.
c.    Tujuan dan manfaat model pembelajaran inquiryModel pembelajaran inquiry berorientasi pada siswa yang bertujuan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inquiry siswa tak hanya di tuntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang di milikinya secara optimal (Sanjaya, 2006:195). Adapun manfaat model pembelajaran inquiry ini adalah meningkatkan kemampuan berfikir siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi yang akan di pelajarinya, melatih kepekaan diri, mengurangi rasa kecemasan, menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan partisipasi belajar, meningkatkan tingkah laku yang positif, meningkatkan prestasi dan hasil belajar.
d.   Teknik model pembelajaran inquiryAdapun teknik model pembelajaran inquiry dapat dikemukakan atau dapat dilihat sebagai berikut:1)  Dapat membantu dan mengembangkan konsep pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide  lebih baik.2) Membantu dan menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.3) Membantu siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.4)  Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.5)  Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.6) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.7) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
e.    Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran inquiry1)      KeunggulanModel pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang banyak di anjurkan dan digunakan di sekolah khususnya sekolah dasar. Menurut sanjaya (2006) ada beberapa keunggulan dari model pembelajaran ini diantaranya adalah:a)    Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna.b)   Model pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.c) Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi moderen yang mengagap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.d)   Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.2). KelemahanDisamping memiliki keunggulan, model pembelajaran inquiry juga memiliki kelemahan. Sebagaimana dikemukakan oleh sanjaya (2006) kelemahannya antara lain:a)    Jika model pembelajaran inquiry digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.b)   Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena itu terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.c)    Kadang-kadang dalam mengimplementasikanya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.d)   Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
f.     Langkah-langkah model pembelajaran inquiryPada dasarnya  model pembelajaran inquiry di lakukan atau ditekankan kepada proses mencari dan menemukan, dimana materi pelajaran tidak diberikan secara langsung kepada siswa. Menurut Sanjaya (2006:202) langkah-langkah model pembelajaran inquiry ini dapat diuraikan sebagai berikut:1) OrientasiLangkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Langkah ini guru mengondisikan siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap ini adalah:                                                                                                                     (a) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, (b) menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.2) Merumuskan masalahMerumuskan masalah adalah langkah membawa siswa kepada persoalan yang mengadung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka teki itu.3) Merumuskan hipotesisHipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.4) Mengumpulkan dataMengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.5) Menguji hipotesisMenguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.6) Merumuskan kesimpulanMerumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Dengan melihat langkah-langkah di atas, maka model pembelajaran inquiry akan efektif manakala:
(1) Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam pembelajaran inquiry penguasan, materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.
(2) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
(3) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
(4) Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. pembelajaran inquiryakan kurang berhasil diterapakan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
(5) Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru
b.KONSTRUKTIVISTIK
Asumsi sentral metode kontruktivistik adalah bahwa belajar itu menemukan. Meskipun guru menyanmpaikan sesuatu kepada siswa mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas infrmasi itu masuk ke dalam pemahaman mereka. Konsrtruktivistik dimulai dari masalah (sering muncul dari siswa sendiri) dan selanjutnya membantu siswa menyelesikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut.
Metode konstruktivistik ditekankan pada siswa seharusnya diberi tugas-tugas komplek, sulit, dan realistis. Kemudian mereka diberi bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas. Tugas kompleks itu misalnya proyek, simulasi, menulis untuk dipresentasikan.Mengaitkan ide-ide dengan pengetahuan sebelumnya dapat dilakukan pada awal sebuah topik baru, tetapi tidak boleh dibatasi pada bagian pelajaran yang itu saja. Guru akan perlu mencari tau apakah murud-muridnya tau tentang topik itu sebelum pembelajaran dimulai (Dejager, 2002).modeling, aspek kunci lain dari pengajaran konstruktivis, guru melaksanakan sebuah tugas yang kompleks dan menunjukkan kepada murid proses-proses yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas itu; atau, guru dapat memberi tau murid tentang pikiran dan strateginya selama menyelesaikan sebuah soal.scaffolding, guru memberikan bantuan kepada murid untuk mencapai tugas-tugas yang belum dapat mereka kuasai sendiri, dan kemudian sedikit demi sedikit menarik dukungannya.
Coaching adalah proses memotivasi pelajar, menganalisis performa mereka dan memberikan umpan-balik tentang kinerja mereka. Guru membantu murid selama mereka melesaikan soal-soal secara mandiri atau di dalam kelompok, yang akan memotivasi dan mendukung murid.
Salah satu elemen pelajaran konstruktivis adalah artikulasi, yang mendorong murid untuk mengartikulasikan ide, pikiran dan solusi mereka. Murid mestinya tidak hanya diberi kesempatan untuk mengkonstrusikan makna dan mengembangkan pikiran mereka, tapi juga dapat memperdalam proses-proses ini melalui pengekspresian ide-idenya.
Refleksi terjadi bila murid membandingkan solusinya dengan solusi para ”pakar” atau murid-murid lain. Ini erupakan salah satu momen kunci belajar dan dapat didorong oleh guru yang memberikan contoh-contoh tandingan untuk berbagai pendapat yang dikemukakan oleh murid-murid lain, dan dengan membrikan kesempatan kepada murid untuk mendiskusikan temuan, dan strategi mereka (Duffi dan Jonassen, 1992).
Elemen lain dalam pengajaran konstruktivis adalah kolaborasi. Ini jelas berasal dari sisi sosial gerakan konstruktivis, yang menekankan pada bagaimana anak – anak dapat belajar dari anak lain selama mereka berkolaborasi dengan sesamanya atau dengan guru.
Kegiatan eksplorasi dan menyelesaikan – masalah adalah bagian – bagian kunci pelajaran konstruktivis. Keduanya memungkinkan murid untuk mengembangkan pemikiran dan pemaknaan (meaning making) mereka, dengan mengembangkan kombinasi – kombinasi ide baru dan dengan memikirkan tentang hasil – hasil hipotetik dari berbagai situasi dan kejadian yang dibayangkan (De Jager, 2002) pilihan dan opsi kepada murid. Murid diberi kesempatan untuk memilih tugas, proyek, atau pekerjaan yang mereka kerjakan. Alih – alih pelajaran dan tugas yang dirancang oleh guru, guru bekerja bersama murid untuk merancang berbagai proyek yang akan memfasilitasi belajar.Fleksibilitas. Alih – alih memiliki rencana pelajaran yang pasti dan tidak bervariasi, guru – guru konstruktivis bersikap reaktif, dalam arti membiarkan murid mengarahkan pelajarannya (paling tidak sampai tingkat tertentu).adaptif. Pembelajaran individual murid harus dipertimbangkan, bukan hanya dalam hubungannya dengan kemempuan akademik mereka, tetapi juga gaya belajarnya. Ini berarti bahwa mengajar perlu dibuat bervariasi, untuk memancing digunakannya cara – cara belajar murid yang berbeda.multiple realities adalah cara yang baik untuk mengalihkan murid dari konsepsi bahwa selalu ada sebuah jawaban yang benar, dan akan membantu mereka menjadi lebih bijak dan terlibat di dalam pembelajaran yang lebih mendalam.
c.SETS
Definisi SETS menurut the NSTA Position Statement 1990 (dalam Kuswati, 2004:11) adalah memusatkan permasalahan dari dunia nyata yang memiliki komponen Sains dan Teknologi dari perspektif siswa, di dalamnya terdapat konsep-konsep dan proses, selanjutnya siswa diajak untuk menginvestigasi, menganalisis, dan menerapkan konsep dan proses itu pada situasi yang nyata.
Pendekatan SETS/ Salingtemas diambil dari konsep pendidikan STM (Sains, Teknologi, dan Masyarakat), pendidikan lingkungan (Environmental Education/EE), dan STL (Science, Technology, Literacy). Dalam pendekatan Salingtemas atau SETS (Science, Environmental, Technology and Society) konsep pendidikan STM atau STL dan EE dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan (Depdiknas, 2002:5).
d.pemecahn masalah
menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan  menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
d.Diskusi
Diskusi adalah aktivitas dari sekelompok siswa, berbicara saling bertukar informasi maupun pendapat tentang sebuah topik atau masalah, dimana setiap anak ingin mencari jawaban / penyelesaian problem dari segala segi dan kemungkinan yang ada. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : 1994).

Menurut Hasibun dalam bukunya Proses Belajar Mengajar (2006:10) mengatakan bahwa diskusi merupakan proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.

Metode diskusi adalah cara penyajian pembelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
F.tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa,  tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudirman (1987:120) yang mengartikan  bahwa “metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa,  tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.”
Lebih lanjut dijelaskan  pula oleh Sudirman (1987:119)  menyatakan bahwa metode tanya jawab ini dapat dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar) kepada berbagai sumber belajar seperti buku, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedia, laboratorium, video, masyarakat, alam, dan sebagainya.
Sementara itu, dalam Petunjuk Teknis Kurikulum 1994 (1996:26) dinyatakatan bahwa “metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar atau menyajikan materi melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut.
Penggunaan metode ini dengan baik dan tepat,  akan dapat merangsang minat dan motivasi siswa dalam belajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode tanya jawab adalah:
1)   Materi menarik dan menantang serta memiliki nilai aplikasi tinggi.
2)   Pertanyaan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan  dengan banyak kemungkinan jawaban).
3)   Jawaban pertanyaan itu diperoleh dari penyempurnaan jawaban-jawaban siswa.
4)   Dilakukan dengan teknik bertanya yang baik. (Depdikbud, 1996:26).
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode tanya jawab adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara pengajuan-pengajuan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami materi pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.


Suasana Penerapan Metode Tanya Jawab yang dikehendaki
B.  Langkah-Langkah Penggunaan Metode Tanya Jawab
Untuk menghindari penyimpangan dari pokok persoalan, penggunaan metode tanya jawab harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
a.        Merumuskan tujuan tanya jawab sejelas-jelasnya dalam bentuk tujuan khusus dan berpusat pada tingkah laku siswa.
b.        Mencari alasan pemilihan metode tanya jawab.
c.        Menetapkan kemungkinan pertanyaan yang akan dikemukakan.
d.        Menetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak menyimpang dari pokok persoalan.
e.        Menyediakan kesempatan bertanya bagi siswa.

Berdasarkan langkah-langkah yang di atas, maka tindakan guru dalam menggunakan metode tanya jawab harus dipersiapkan secermat mungkin dalam bentuk rencana pengajaran yang detail dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.        Menyebutkan alasan penggunaan metode tanya jawab.
2.        Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus.
3.        Menyimpulkan jawaban siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus.
4.        Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada hal-hal yang belum dipahami.
5.        Memberi pertanyaan atau kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada hal-hal yang sifatnya pengembangan atau pengayaan.
6.        Memberi kesempatan pada siswa untuk menjawab pertanyaan yang relevan dan sifatnya pengembangan atau pengayaan.
7.        Menyimpulkan materi jawaban yang relevan dengan tujuan pembelajaran khusus.
8.        Memberi tugas kepada siswa untuk membaca materi berikutnya di rumah dan menulis pertanyaan yang akan diajukan pada pertemuan berikutnya.
G.pengusan
Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode resitasiterstruktur. Imansjah Alipandie (1984:91) dalam bukunya yang berjudul “Didaktik Metodik Pendidikan Umum” mengemukakan bahwa :”Metode resitasi terstruktur adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran. Pelaksanaannya bisa dirumah, diperpustakaan, dilaboratorium, dan hasilnya dipertanggungjawabkan.”
Menurud Sudirman. N, (1991:141). Pengertian metode penugasan/ resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar
Sedangkan Slameto (1990:115) mengemukakan :Metode resitasi terstruktur adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada guru.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode resitasi terstruktur adalah pemberian tugas kepada siswa di luar jadwal sekolah atau diluar jadwal pelajaran yang pada akhirnya dipertanggungjawabkan kepada guru yang bersangkutan.
Metode resitasi terstruktur merupakan salah satu pilihan metode mengajar seorang guru, dimana guru memberikan sejumlah item tes kepada siswanya untuk dikerjakan di luar jam pelajaran. Pemberian item tes ini biasanya dilakukan pada setiap kegiatan belajar mengajar di kelas, pada akhir setiap pertemuan atau akhir pertemuan di kelas.
Pemberian tugas ini merupakan salah satu alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Rostiyah (1991:32) menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan seperti diatas, guru perlu memberikan tugas-tugasdiluar jam pelajaran. Sumiati Side (1984:46) menyatakan bahwa pemberian tugas-tugas berupa PR mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia.
Salah satu strategi belajar Bahasa Indonesiayang baik adalah memperbesar frekuensi pengulangan materi/ dengan memperbanyak latihan soal-soal sehingga menjadi suatu keterampilan yang dapat melatih diri mendayagunakan pikiran.
Tampaknya pemberian tugas kepada siswa untuk diselesaikan di rumah, di laboratorium maupun diperpustakaan cocok dalam hal ini, karena dengan tugas ini akan merangsang siswa untuk melakukan latihan-latihan atau mengulangi materi pelajaran yang baru didapat disekolah atau sekaligus mencoba ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya, serta membiasakan diri siswa mengisi waktu luangnya di luar jam pelajaran. Dengan sendirinya telah berusaha memperdalam pemahaman serta pengertian tentang materi pelajaran.
Teori Stimulus-Respon (S – R) mendukung dalam hal ini yaitu : Prinsip utama belajar adalah pengulangan. Bila S diberikan kepada obyek maka terjadilah R. Dengan latihan, asosiasi antara S dan R menjadi otomatis. Lebih sering asossosiasi antara S dan R digunakan makin kuatlah hubungan yang terjadi, makin jarang hubungan S dan R dipergunakan makin lemahlah hubungan itu (Herman Hudoyo, 1990 : 5).
Di dalam suatu kelas, tingkat kemampuan siswa cukup heterogen, sebagian dapat langsung mengeri pelajaran hanya satu kali penjelasan oleh guru, sebagian dapat mengerti bila diulangi dua atau tiga kali materinya dan sebagian lagi baru dapat mengerti setelah diulangi di rumah atau bahkan tidak dapat mengerti sama sekali.
Umumnya seorang guru mengatur kecepatan mengajarnya sesuai dengan keadaan rata-rata siswa dengan beberapa penyesuaian terhadap yang kurang mampu ataupun yang dianggap pandai. Walaupun demikian kemungkinan sebagian besar siswa cara belajarnya belum sesuai benar, bagi mereka masa belajar di kelas merupakan ajang untuk memulai materi. Pemberian tugas-tugas untuk diselesaikan di rumah, diperpustakaan maupun di laboratorium akan memberikan kesempatan untuk belajar aktif yang sesuai dengan irama kecepatan belajarnya. Hal ini merupakan pengalaman belajar yang sejati bagi individu yang bersangkutan.
Memberikan tugas-tugas kepada siswa berarti memberi kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan yang baru saja mereka dapatkan dari guru disekolah, serta menghafal dan lebih memperdalam materi pelajaran. Peranan penugasankepada siswa sangat penting dalam pengajaran, hal ini dijelaskan oleh I. L. Pasaribu :Metode tugas merupakan suatu aspek dari metode-metode mengajar. Karena tugas-tugas meninjau pelajaran baru, untuk menghafal pelajaran yang sudah diajarkan, untuk latihan-latihan, dengan tugas untuk mengumpulkkan bahan, untuk memecahkan suatu masalah dan seterusnya (I. L. Pasaribu, 1986:108)
Dalam memberikan tugas kepada siswa, guru diharuskan memeriksa dan memberi nilai. Rostiyah (1991:113) mengemukakan bahwa dengan mengevaluasi tugas yang diberikan kepada siswa, akan memberi motivasi belajar siswa.
H.Metode demontrasi
Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008:210).
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2000:22).
Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000:2) bahwa metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
Menurut Syaiful (2008:210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.

RANGKUMAN SIFAT PERIODIK UNSUR

Sifat-sifat Periodik Unsur Massa atom relatif adalah perbandingan massa satu atom unsur terhadap 1/12 kali massa atom karbon-12 (C-12). ...